Perang saudara tak kunjung usai
Korban berjatuhan bersimbah darah
Politik praktis hancurkan keadilan
Jurang pemisah antara kaya dan miskin
Coba kau pikir sejenak tentang semua ini
Betapa gilanya mereka terhadap jabatan
Larangan diacuhkan bahkan tiada peduli
Sampai-sampai harga diri jadi taruhan
Berapa banyak anak-anak menangis sedih
Ketika bapak ibunya mati jadi tameng manusia
Berapa banyak wanita merintih dalam sedih
Ketika suaminya gugur jadi tameng manusia
Pemimpin mereka seakan tak peduli
Demi kelanggengan kekuasaannya
Rakyatnya sendiri pun berani dihabisi
Kobarkan panasnya api angkara murka
Takdir tak bisa ditulis ulang kembali
Semua peristiwa telah terjadi
Mereka yang tertawa diatas derita
Suatu hari pasti akan celaka
Korban berjatuhan bersimbah darah
Politik praktis hancurkan keadilan
Jurang pemisah antara kaya dan miskin
Coba kau pikir sejenak tentang semua ini
Betapa gilanya mereka terhadap jabatan
Larangan diacuhkan bahkan tiada peduli
Sampai-sampai harga diri jadi taruhan
Berapa banyak anak-anak menangis sedih
Ketika bapak ibunya mati jadi tameng manusia
Berapa banyak wanita merintih dalam sedih
Ketika suaminya gugur jadi tameng manusia
Pemimpin mereka seakan tak peduli
Demi kelanggengan kekuasaannya
Rakyatnya sendiri pun berani dihabisi
Kobarkan panasnya api angkara murka
Takdir tak bisa ditulis ulang kembali
Semua peristiwa telah terjadi
Mereka yang tertawa diatas derita
Suatu hari pasti akan celaka
0 Response to "Puisi : Tameng Manusia"
Post a Comment