Foto : Nita Thalia bergoyang memakai busana seksi
Pakaian Sexy, sudah terlintas dalam pikiran kita bahwa jenis busana ini lekat dengan keterbukaan pemakainya' terutama bagi wanita.
Di dunia ini banyak wanita mengenakan pakaian sexy untuk menambah daya tarik dan sudah pasti kemudahan memperoleh keuntungan. Tidak terkecuali di dunia seni, Pakaian Sexy adalah busana wajib yang sulit dipisahkan. Lucunya, para pemakai busana tersebut tidak menyadari bahwa mereka telah terjebak dalam arus kehidupan yang sesat.
Di dunia musik Dangdut, Pakaian Sexy sudah menjadi kesan negatif dan kerap dijadikan kambing hitam atas maraknya pelecehan seksual hingga pemerkosaan.
Aneh tapi nyata, itulah kondisi terakhir zaman ini yang lebih mengutamakan kualitas luarnya dibanding dalamnya. Mau tidak mau kita hanya bisa menerima walaupun ini bertentangan dengan ajaran agama.
Hanya karena uang, seorang wanita berani menjadi penyanyi dangdut dan nekat berpakaian sexy agar mudah mencapai popularitas. Mereka melakukan itu dalam keadaan sadar, namun bathin mereka menjerit ingin melepas Pakaian Sexy yang membalut tubuhnya.
Demonstrasi dan Pencekalan terhadap Pakaian Sexy yang dikenakan para Biduanita Melayu sering menimbulkan perpecahan. Ada yang bilang itu bagian dari seni, ada pula yang bilang itu bagian dari teori konspirasi.
Teori Konspirasi mengenai Pakaian Sexy itu dimaknai sebagai penurunan moral dari pemakainya. Dimana seorang wanita yang sejatinya adalah sosok pemalu dan pandai menjaga perasaan justru berubah menjadi sosok blak-blakan hingga tanpa neko-neko mengumbar bagian vitalnya.
Lemahnya pendidikan karakter dan agama menyebabkan wanita yang berprofesi sebagai penyanyi menjadi tidak baik. Alangkah malang nasib pemakainya kalau kehormatan sudah terjual demi selembar kertas merah bertuliskan angka. Biduanita jelas tidak mau seenaknya disalahkan oleh para pembencinya, Para Biduanita dengan penuh perasaan mengatakan bahwa "Kami Bekerja Siang dan Malam Mencari Uang Demi Mewujudkan Mimpi".
Mimpi apakah itu ?
Sudah jelas ingin menjadi orang kaya dan memiliki banyak aset untuk jadi bahan pujian.
Hampir setiap hari kita lihat pemandangan menyedihkan di Panggung Konser, wanita-wanita tidak berdosa harus menelan pil pahit karena dilecehkan secara hormonal.
Alih-alih ingin mendapat bayaran besar, rasa malu dipertaruhkan.
Rasa cinta terhadap harta semakin membuatnya jatuh ke dalam jurang kenistaan. Tapi, tahukah anda... Sejak kapan biduan dangdut berpakaian sexy ?
Hal ini dimulai pada era 90an dimana musik Dangdut mulai mengalami evolusi. Irama musik Rock yang menyatu ke dalam lagu Dangdut justru membuka pintu lebar bagi cara menyajikan penampilan penyanyinya.
Sepanjang sejarah musik Dangdut berkembang, Biduanita Dangdut yang tadinya hanya memakai gaun lengan panjang dengan gaya rambut bersanggul akhirnya mulai jenuh. Bahkan gaya biduan tersebut menyebabkan mereka dicap kampungan, karena kesan itulah timbul sebuah ide untuk mengubah kesan kampungan pada musik Dangdut.
Pakaian Sexy menjadi solusi yang ampuh untuk menarik hati penonton, pada awalnya para biduanita itu ragu bahkan takut dengan apa yang terjadi nanti.
Tapi, lama-lama mereka mulai terbiasa dan akhirnya menjadi keperluan wajib' sayang di sayang apa yang mereka lakukan itu sudah mencoreng nama baik diri sendiri secara visual (penglihatan).
Tuduhan bermacam-macam dari berbagai kalangan, terutama dari kaum yang anti seni. Mereka suka sekali mencari kesalahan Biduanita Dangdut agar hidupnya hancur ditelan nasib.
Mimpi apakah itu ?
Sudah jelas ingin menjadi orang kaya dan memiliki banyak aset untuk jadi bahan pujian.
Hampir setiap hari kita lihat pemandangan menyedihkan di Panggung Konser, wanita-wanita tidak berdosa harus menelan pil pahit karena dilecehkan secara hormonal.
Alih-alih ingin mendapat bayaran besar, rasa malu dipertaruhkan.
Rasa cinta terhadap harta semakin membuatnya jatuh ke dalam jurang kenistaan. Tapi, tahukah anda... Sejak kapan biduan dangdut berpakaian sexy ?
Hal ini dimulai pada era 90an dimana musik Dangdut mulai mengalami evolusi. Irama musik Rock yang menyatu ke dalam lagu Dangdut justru membuka pintu lebar bagi cara menyajikan penampilan penyanyinya.
Sepanjang sejarah musik Dangdut berkembang, Biduanita Dangdut yang tadinya hanya memakai gaun lengan panjang dengan gaya rambut bersanggul akhirnya mulai jenuh. Bahkan gaya biduan tersebut menyebabkan mereka dicap kampungan, karena kesan itulah timbul sebuah ide untuk mengubah kesan kampungan pada musik Dangdut.
Pakaian Sexy menjadi solusi yang ampuh untuk menarik hati penonton, pada awalnya para biduanita itu ragu bahkan takut dengan apa yang terjadi nanti.
Tapi, lama-lama mereka mulai terbiasa dan akhirnya menjadi keperluan wajib' sayang di sayang apa yang mereka lakukan itu sudah mencoreng nama baik diri sendiri secara visual (penglihatan).
Tuduhan bermacam-macam dari berbagai kalangan, terutama dari kaum yang anti seni. Mereka suka sekali mencari kesalahan Biduanita Dangdut agar hidupnya hancur ditelan nasib.
Gilanya, para pembenci Biduanita Dangdut itu dengan keji mengatakan bahwa supremasi wanita murahan harus dihentikan tanpa kompromi. Inilah yang membuat ketidaknyamanan kian melebar kemana-mana, ujung-ujungnya pencekalan menjadi senjata pembunuh rejeki yang ampuh.
Air mata sulit dibendung, niat hati ingin memperbaiki hidup dengan bekerja justru menjadi petaka bagi pekerja seni. Maraknya kasus berbau seks yang melibatkan Biduanita Dangdut kian menguak betapa besarnya nafsu syahwat tidak bisa diredam hanya dengan peraturan tertulis.
Pakaian Sexy memiliki pengaruh cukup besar bagi industri musik, tetapi Pakaian Sexy yang dikenakan belum tentu menjamin dapat bayaran tinggi.
Air mata sulit dibendung, niat hati ingin memperbaiki hidup dengan bekerja justru menjadi petaka bagi pekerja seni. Maraknya kasus berbau seks yang melibatkan Biduanita Dangdut kian menguak betapa besarnya nafsu syahwat tidak bisa diredam hanya dengan peraturan tertulis.
Pakaian Sexy memiliki pengaruh cukup besar bagi industri musik, tetapi Pakaian Sexy yang dikenakan belum tentu menjamin dapat bayaran tinggi.
Yang paling memprihatinkan adalah kecenderungan masyarakat untuk memusuhi seniman terutama Biduanita Dangdut. Lantaran tingkah laku dan ulahnya diatas panggung sering mengundang kebencian. Ada yang bilang sok cantik, sok berpengalaman dan ada yang bilang sok mengerti seluk beluk musik walaupun jadi penyanyi karena terpaksa.
Bagi masyarakat Pakaian Sexy adalah wujud kemunduran moral yang sudah kritis. Menurut pengamat dunia psikologis, Pakaian Sexy kerap dikambing hitamkan atas kasus kejahatan yang dilakukan oleh pemakainya dan orang yang melihatnya.
Bagi masyarakat Pakaian Sexy adalah wujud kemunduran moral yang sudah kritis. Menurut pengamat dunia psikologis, Pakaian Sexy kerap dikambing hitamkan atas kasus kejahatan yang dilakukan oleh pemakainya dan orang yang melihatnya.
Pemerkosaan, Prostitusi, Eksploitasi dan Bisnis Busana adalah sarana dalam peningkatan popularitas Pakaian Sexy.
Tidak hanya itu, pandangan anak muda hari ini berbeda dengan tempo dulu yang mana ketika itu moral begitu dijunjung tinggi kedudukannya.
Moral dalam bahasa agama disebut ahlak, karena ahlak terletak pada inti otak manusia' psikologis manusia dikendalikan oleh ahlak. Agama berperan vital dalam mengatasi kecenderungan gaya berpakaian anak muda.
Katanya takut ketinggalan zaman, justru inilah penyesatan budaya yang terjadi akibat merebaknya Pakaian Sexy karena ulah para Biduanita Dangdut.
Otomatis, citra keluarga si biduanita sering dikotori dengan ocehan tidak sedap dari ibu-ibu arisan dan ibu-ibu pengajian.
Entah seberapa parahnya efek dari Pakaian Sexy itu ?
Yang jelas tidak ada kata terlambat untuk menekan angka penyalahgunaan Pakaian Sexy. Dan alangkah baiknya, peliharalah rasa malu demi memperoleh keselamatan.
Menurut Agama, Pakaian Sexy hanya boleh dikenakan untuk menyenangkan muhrimnya (Suami). Sebab, kunci kesetiaan dan kokohnya hubungan suci ada pada hal semacam itu.
Entah siapa yang memulai ?
Tapi baiknya kita cermati pandangan orang konservatif mengenai Pakaian Sexy yang dipakai para Biduanita Dangdut.
Tidak hanya itu, pandangan anak muda hari ini berbeda dengan tempo dulu yang mana ketika itu moral begitu dijunjung tinggi kedudukannya.
Moral dalam bahasa agama disebut ahlak, karena ahlak terletak pada inti otak manusia' psikologis manusia dikendalikan oleh ahlak. Agama berperan vital dalam mengatasi kecenderungan gaya berpakaian anak muda.
Katanya takut ketinggalan zaman, justru inilah penyesatan budaya yang terjadi akibat merebaknya Pakaian Sexy karena ulah para Biduanita Dangdut.
Otomatis, citra keluarga si biduanita sering dikotori dengan ocehan tidak sedap dari ibu-ibu arisan dan ibu-ibu pengajian.
Entah seberapa parahnya efek dari Pakaian Sexy itu ?
Yang jelas tidak ada kata terlambat untuk menekan angka penyalahgunaan Pakaian Sexy. Dan alangkah baiknya, peliharalah rasa malu demi memperoleh keselamatan.
Menurut Agama, Pakaian Sexy hanya boleh dikenakan untuk menyenangkan muhrimnya (Suami). Sebab, kunci kesetiaan dan kokohnya hubungan suci ada pada hal semacam itu.
Entah siapa yang memulai ?
Tapi baiknya kita cermati pandangan orang konservatif mengenai Pakaian Sexy yang dipakai para Biduanita Dangdut.
Kata mereka (Kaum Konservatif), pakaian model begitu sebaiknya tidak usah dibuat dan dijual. Karena hal itu bisa menyebabkan perubahan pola pikir anak perempuan yang dahulu pemalu kini jadi lebih terbuka (Vulgar).
Celakanya, Kaum Konservatif tersebut mengatakan bahwa para Biduanita Dangdut yang berpakaian terbuka itu sudah dianggap sebagai pengikut iblis.
Sungguh vonis yang merendahkan, itulah pandangan kaum-kaum sok tahu seperti mereka (Kaum Konservatif). Mereka hanya menilai dari luarnya saja tanpa menanyakan lebih dulu kepada pemakainya. Bagi orang yang menyukai seni, Pakaian Sexy adalah sebuah keindahan murni dari sisi visual. Namun, itu cuma sekedar penilaian dari orang-orang yang segolongan (Seniman).
Kali ini kita harus berani berjudi dengan waktu, apakah yang akan terjadi bila musik Dangdut tetap di-identik-kan dengan Pakaian Sexy...?
Celakanya, Kaum Konservatif tersebut mengatakan bahwa para Biduanita Dangdut yang berpakaian terbuka itu sudah dianggap sebagai pengikut iblis.
Sungguh vonis yang merendahkan, itulah pandangan kaum-kaum sok tahu seperti mereka (Kaum Konservatif). Mereka hanya menilai dari luarnya saja tanpa menanyakan lebih dulu kepada pemakainya. Bagi orang yang menyukai seni, Pakaian Sexy adalah sebuah keindahan murni dari sisi visual. Namun, itu cuma sekedar penilaian dari orang-orang yang segolongan (Seniman).
Kali ini kita harus berani berjudi dengan waktu, apakah yang akan terjadi bila musik Dangdut tetap di-identik-kan dengan Pakaian Sexy...?
Mungkin atau Bisa Jadi, Musik hanyalah suara sumbang dari mulut orang yang tidak betah lapar dan Pakaian Sexy cuma sekedar sampah-sampah berserakan yang baunya lebih busuk daripada bangkai.
(Selesai)
0 Response to "Suara Kita : SEJAK KAPAN BIDUAN DANGDUT BERPAKAIAN SEXY ?"
Post a Comment