MY SEX STORY : Bercinta Tanpa Pengaman



2 tahun sudah aku dan istriku berumah tangga, kami memang sudah terlanjur menikah gara-gara bertemu di masjid seusai sholat tarawih.
Sehabis Lebaran, kami pun melangsungkan pernikahan tanpa proses pertunangan. Memang, kalau kadung suka' lebih baik diajak ke penghulu saja.
Namun itu kan sudah 2 tahun yang lalu, kini kami sibuk sendiri-sendiri lantaran pekerjaan. Aku sibuk bekerja sebagai buruh proyek sedangkan istriku bekerja sebagai kasir minimarket.

Waktu untuk bercengkrama begitu sempit dan hanya berselang seminggu. Aku harus membantu Bos untuk merampungkan proyek yang nilainya ratusan juta dan harus jadi tahun ini.
Akhirnya selama seminggu hingga beberapa bulan lamanya, proyek prestisius ini berhasil dan semua buruh kecipratan honor besar. Termasuk aku, rasanya nikmat sekali setelah memperoleh kucuran dana dari hasil proyek.

Tapi, honor sebanyak ini mau kuapakan ?
Akhirnya aku ingat, di rumah istriku mungkin menanti kepulanganku. Kemudian aku pulang sambil tersenyum sepanjang perjalanan, bau keringat dan wajah belepotan membuatku segera menyudahi perjalanan.
Mandi, itulah tujuan pertamaku saat sampai dirumah. Lucunya, aku pun mulai memikirkan hal yang selama ini tidak tergambar dalam benak. Yakni, melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh pasutri' ialah Bercinta.

Fakta berbicara bahwa saat aku menikahi istriku, aku memang tidak kepikiran untuk melepas keperjakaan. Karena dipikiranku hanya ada misi, yaitu memperoleh kecukupan sandang dan pangan.
Tapi, kali ini aku terpikir untuk bercinta pertama kali. Untungnya, aku sudah sering baca buku kamasutra bahkan saat jeda istirahat bekerja' aku sering membacanya secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan.
Seusai mandi, aku merasa segar dan agak nyaman dengan suasana rumah. Dari dalam kamar, istriku muncul sambil mengancing baju' tapi karena waktu itu dia agak kelaparan akhirnya tersibak pemandangan indah.
Baju yang dikancing hanya sampai tengah-tengah sehingga terlihat potongan "Lembah" dan "Benjolan" besar. Sontak, aku yang barus selesai mengeringkan rambut malah terperdaya' waduh kenapa ada suasana seperti ini ?

Akhirnya aku pun menemui istriku dan mengajaknya bicara, dia tidak seperti biasanya.
"Sayang, kamu kok pakai baju cuma setengah kancing sih ?" tanyaku
"Oh, maaf... Aku buru-buru mas' habis lapar sekali" jawabnya
Tanpa memberi aba-aba aku memeluk pinggangnya dan menatap wajah cantik jelitanya.
"Mas ?" tanya dia
"Sayang, kamu terlihat berbeda hari ini" jawabku
"Berbeda, apanya yang beda ?" tanya dia
Belum sempat kujawab, bibirku mencium keningnya dengan mesra sambil menatap kedua matanya. Sedangkan, dia hanya diam saja tanpa berkata sepatah pun.
Makin tegang, itulah kondisi psikologisku gara-gara melihat cara berpakaian istriku. Lalu, aku membisikkan kata-kata ke telinganya dengan halus.
"Sayang, kamu cantik sekali" bisikku
"Jangan merayuku, aku sedang lapar nich..." bantahnya
"Sumpah, aku mau mengatakan ini hari ini" ujarku

Lalu, istriku melirik ke bawah lehernya dan ia pun sadar bahwa kancing baju bagian atas dibiarkan terbuka.
Sambil senyum, istriku membalas dengan godaan manisnya.
"Mas, kamu lihat bagian ini ?" tanya dia sambil menunjukkan jari ke bawah.
"Aku mau mencicipi keindahan tubuhmu, tolonglah..." ratapku
"Mas, jujur aku juga ingin menginginkan hal ini... Tapi aku malu" jawabnya
"Tidak usah malu, cantik..." balasku sambil membelai rambutnya.
"Mas, kamu tampan sekali... Aku ingin ketampananmu tersimpan dalam hatiku" katanya mesra
"Apa yang membuatku tampan, wahai bungaku ?" tanyaku
"Caramu memperhatikanku itulah yang membuatku seperti ini" jawabnya
"Kalau begitu, ayo !" kataku
"Ayo..." jawabnya

Kemudian, kami masuk ke kamar dan menguncinya. Makin gemetar tubuhku saat merasakan suasana dahsyat seperti ini, dadaku seperti dipijat dengan lembut.
"Sayang, izinkan aku buka bajumu" kataku
"Silahkan... Buka sampai terlihat semua" ujarnya
Aku membuka bajunya sampai benar-benar terlepas dari tubuhnya, setelah bajunya dibuka terpampang keindahan tubuhnya yang selama ini kubayangkan.
"Indah sekali tubuhmu, apa semua ini untukku ?" tanyaku
Ia hanya tersenyum dan mengangguk-angguk sebagai tanda bahwa ia menjawab iya.

Jelas terlihat, keindahan tubuh istriku yang belum terjamah sama sekali. Aku makin horny dan mulai bertingkah laku aneh, rasa cintaku timbul seketika karena senyum manisnya.
"Sayang, kamu masih perawan kan ?" tanyaku usil sambil memeluknya.
"Kenapa mas, Kok pertanyaannya sampai kesitu-situ ?" balas bertanya.
"Habis, aku lupa... Kapan kita melakukan hal ini terakhir kali" ujarku bingung.
"Perasaan, kita belum pernah melakukan ini sebelumnya" bilang dia.
"Yakin... Kita belum sejauh ini ?" tanyaku sambil menatapnya.

Kemudian dia mencium bibirku, menempel dengan lembut penuh gairah. Ahh... Rasanya seperti melayang meskipun kaki masih berpijak.
Karena terdorong syahwat, akhirnya kami pun saling menjamah satu sama lain. Dia pun membuka pakaianku dari kaos sampai celana tidak luput dari kedua tangannya.

Kini aku hanya memakai celana dalam saja sehingga hampir bugil. Dia begitu bernafsu ingin mempermainkan salah satu bagian tubuhku, dan bagian dari tubuhku itu adalah alat vitalku sendiri.
"Mas, jujur... Aku belum pernah melihat kepunyaanmu" katanya.
"Jadi, kamu belum tahu bentuknya ?" tanyaku.
"Bukannya tidak tahu, tapi aku belum lihat berapa ukurannya" jawabnya sambil menatapku mesra.
"Silahkan dibuka..." bilangku sambil menyentuh pipinya.


Lantas, dibukalah celana terakhir yang masih membungkus area segitigaku.
Begitu dilepas, menjulur panjanglah sebatang benda lonjong berwarna kemerah-merahan. Istriku kaget, ternyata begitulah wujud benda berharga milikku itu.
"Ya Ampun... Panjang sekali, kok sampai selonjong itu bentuknya ?" tanya dia.
"Aku juga tidak tahu, kenapa bisa sepanjang ini' padahal jarang sekali dipakai" jawabku heran.
"Sebentar ya mas... Aku mau menyentuhnya" bilang istriku.
Aku hanya diam saja melihat apa yang dilakukan istriku. Dia begitu terkagum dengan bentuk senjata rahasiaku.
"Panjang dan besar, kira-kira bisa masuk tidak ?" tanya istriku sambil menyentuhnya.
"Entahlah..." jawabku.
Kemudian ia mengelus-elus kulit senjataku dengan pelan, bahkan ia sempat mengukurnya.
"Menurutku, panjangnya sekitar sebesar Lontong" jawabnya ngacho.

Aku hanya bisa tertawa sambil senyum mendengar ucapannya, namun karena terbawa gairah akhirnya aku merespon jawabannya.
"Masa sich ?" tanyaku heran.
"Betul, mas... Lontong saja masuk ke mulutku bisa muat' apalagi yang ini" jawabnya.
Aku pun mengelus kepalanya, istriku pandai membuat lelucon yang makin menambah keintiman dalam bercinta. Sebab, tanpa lelucon rasanya hambar... Maka dari itu dengan lelucon keadaan yang tegang bisa sedikit cair.
"Mas, bolehkah aku mencicipi senjata rahasiamu ?" tanya istriku sambil menatapku.
"Lakukanlah sepenuh hatimu, sayang..." ujarku santai.
Tanpa menunggu ia mulai memijat dan mengelus-elus kulit batang senjataku. Ternyata makin lama makin enak, bahkan aku sampai merem melek karena sentuhan manja ini.
"Ahhhh... Sayang, kamu memang pandai mendatangkan kenyamanan dan kenikmatan" ujarku sambil mengigau.
"Kira-kira apa ukuran jadi jaminan kepuasan ?" tanya istriku.
"Bisa iya, bisa tidak... Tergantung situasi dan kondisi" jawabku sambil memejamkan mata.
Lalu, dengan penuh cinta' istriku meremasnya dengan pelan dan lembut sampai akhirnya senjata rahasiaku makin panjang penuh otot.
Istriku semakin melongo melihat perubahan cepat pada senjata rahasiaku.
"Wah... Kok tambah panjang, aku sungguh tidak percaya" bilangnya.
"Masa sich, rasanya tidak sampai segitu-gitunya" ujarku.
"Betul, aku tidak bohong... Rasanya benda ini ingin sekali dimanja" jawab istriku.
"Kalau begitu mainkan saja, berikan ia kepuasan" ujarku penuh gembira.

Permainan penuh kenikmatan itu akhirnya dimulai, mulut istriku begitu terampil memainkan alat vitalku. Oh... Nikmatnya tiada tara' begitulah hati kecilku bicara.
"Teruskan sayang, aku ingin merasakan pengalaman indah ini" kataku sambil mendongak ke atas.
Makin lama makin intim saja, itulah kondisi saat ini. Aku sangat menikmati permainan mulut dan sentuhan tangan halusnya, aku dibuat melayang. Rasanya seperti ringan saja tubuhku ini, inikah yang namanya cinta ?
Rasanya tidak, jelas ini bukanlah cinta' tapi nafsu. Karena aku sangat menikmati dan sudah mencapai titik kepuasan.

Terampilnya istriku memanjakan alat vital ini membuat khayalan tidak jauh beda dengan kenyataan.
Seksi, itulah pemandangan yang kulihat kala bibir merahnya mencium kejantananku.
"Oh... Oh... Teruskan sayang... Buatlah aku semakin cinta padamu" ujarku dalam kenikmatan.
Akhirnya ia pun berhenti memanjakan alat vitalku dan bertanya padaku.
"Habis ini mau apa ?" tanya istriku.
"Mau apa yach ?" balasku.
"Bingung nich..." ujarku bingung.
"Lebih baik kita selesaikan saja, aku mulai ngantuk" bilangnya.
"Baiklah... Kita selesaikan semua ini" ujarku.
Lalu, aku menyuruhnya duduk diatas ranjang kemudian diikuti olehku' aku dan istriku saling berpelukan dalam keadaan duduk.
"Kamu tahu sayang, aku ingin mencumbui dirimu sambil menanam benih cinta ke dalam tubuhmu" kataku mesra.
"Silahkan saja... Asalkan jangan sakiti aku" ujarnya.
Kami berdua saling berpelukan sambil duduk diatas ranjang' aku menghisap sepasang buah dadanya sedangkan istriku hanya bisa menerima rangsangan.
Semakin lama semakin romantis, buah dada istriku menjadi bulan-bulanan mulutku hingga pada akhirnya tibalah saatnya aku mulai memasukan alat vitalku.

Lantas, kugenjot sambil menatap ekspresi wajahnya. Pertama-tama harus pelan dan agak sedikit hati-hati, sebab wanita harus memperoleh kelembutan agar tidak merasakan nyeri.
"Ayo... Terus... Keluarkan tenagamu sayang' goyangkan dengan irama lumayan" kata istriku.
Singkat cerita, aku pun ejakulasi dan air cinta yang hangat itu membanjiri kewanitaan istriku.
"Ahhh... Keluar juga akhirnya" kataku dalam hati.
Lalu, aku dan istriku terbaring kelelahan sambil tersenyum. Kami puas bisa melampiaskan rasa cinta dengan aksi ini.
"Aku cukup puas sayang..." kataku
"Aku juga, ini benar-benar nikmat yang tidak ternilai harganya" kata istriku.
Tidak lama setelah itu, kami berpelukan dan saling ngobrol sambil menunggu stamina pulih ditambah suasana kala itu semakin romantis.
"Kapan yach, kita bisa melakukan hal ini lagi ?" tanyaku
"Kapanpun aku siap, asal ada waktu dan tenaga yang cukup" jawabnya
Kemudian kami terlelap dibalik selimut hingga pagi tiba. Setelah itu kami melalui hari-hari indah dengan penuh senyuman.

(SELESAI)

0 Response to "MY SEX STORY : Bercinta Tanpa Pengaman"

Post a Comment

Puisi : Surat Cinta Untuk Pendosa

Hai, apa kabar... Bagaimana keadaanmu ? Apa kau baik-baik saja atau sebagainya ? Sekarang kau tinggal dimana ? Aku tahu kau sedang berse...